Peran Kekinian Kaum Muda Milenial

Majalah Smenda
0

Peran Kekinian Kaum Muda Milenial
Oleh: Syamsuddin Chalim, S.Pd, M.Pd 

Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah satu, tanah air Indonesia;
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa satu bangsa Indonesia;
Kami putra dan putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia.


Siapa yang tidak kenal dengan kalimat-kalimat tersebut di atas?, ya sebagian besar bangsa Indonesia pastilah pernah membaca ataupun mendengar kalimat-kalimat tersebut. Sebuah janji suci telah tercetus dari pemuda-pemuda Indonesia kala itu. Telah terukir indah dalam sejarah bagaimana para pemuda kala itu ingin merekatkan bangsa ini dan “membangunkan” pemuda-pemuda yang lain untuk sadar akan pentingnya sebuah perubahan, pentingnya sebuah kekuatan yang bernama “persatuan”.
Telah banyak diajarkan oleh para pendahulu-pendahulu kita bahwa kegagalan perjuangan saat itu adalah karena tidak ada persamaan perasaan, persamaan kesadaran diantara komponen bangsa khususnya kaum muda. Untuk itulah, perlu dimunculkan kesadaran merekatkan semua komponen bangsa untuk seiya sekata sebagai bangsa yang terjajah melepaskan diri dari belenggu ketertindasan kala itu.
Ikrar sumpah pemuda tidak hanya sekedar “janji suci” yang diungkapkan oleh para pemuda waktu itu melalui kongres pemuda kedua tahun 1928 yang dipimpin oleh Sugondo Djojopuspito, seorang pemuda yang berasal dari Tuban Jawa Timur. Harapan para pemuda tercurah dalam janji suci sumpah pemuda adalah bagaimana mewujudkan Indonesia yang merdeka, Indonesia yang lebih baik bebas dari keterbelakangan dan ketertindasan.
Lantas, apakah janji suci para pemuda kala itu hanya sampai pada titik Indonesia merdeka? tentu tidak, anda semua mungkin sepakat dengan saya bahwa “janji suci” melalui ikrar sumpah pemuda tersebut hanya merupakan tonggak pembuka untuk perjuangan-perjuangan selanjutnya bukan hanya sebatas Indonesia merdeka tetapi juga harapan itu terbuncah pada kaum muda milenial saat ini. Terlalu kecil cita-cita pemuda kala itu bagi sebuah bangsa yang besar seperti Indonesia jika endingnya hanya pada titik proklamasi.
Tantangan bangsa Indonesia terutama kaum muda milenial saat ini mungkin akan berbeda dengan pemuda masa itu. Kita tidak bisa membandingkan berat atau ringannya tantangan itu sebab setiap pemuda akan menemui tantangan sendiri sesuai zamannya. Pada masa lalu, tantangan yang dihadapi kaum muda adalah penindasan kolonial, keterbelakangan, persatuan, dan seabrek tantangan pada zamannya. Tantangan kaum muda milenial saat ini apa? Perbedaannya kita tidak sedang menghadapi penindasan kolonial secara langsung, masalah keterbelakangan bisa dikejar dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi semua serba bisa disiasati, namun kaum muda hari ini yang dikenal dengan generasi milenial jangan terlena dengan zona yang nyaman.
Perjuangan kaum muda milenial saat ini tidak lagi melawan penindasan kolonial, tetapi melawan kemalasan, malas untuk berpikir, mudah putus asa, tidak kreatif dan inovatif, cenderung plagiasi. Ini yang harus dilawan oleh kaum muda milenial. Untuk menjadi bangsa yang besar tidak hanya menjadi tanggung jawab “generasi tua” yang saat ini memegang jabatan. Bangsa yang besar adalah bagaimana kaum mudanya mampu memberi warna dalam setiap perubahan dimana ia berada, di keluarga, di sekolah, dan di lingkungan masyarakatnya.  
Di lingkungan keluarga kaum muda milenial bisa berperan bagaimana layaknya anggota keluarga, taat kepada aturan-aturan yang menjadi konsensus anggota keluarga, menjalin komunikasi yang baik antar anggota keluarga, dan berhasil dengan pendidikannya demi kebanggaan dan nama baik anggota keluarga. Di sekolah kaum muda milenial dapat berperan sebagai peserta didik yang kreatif, inovatif dan mempelopori setiap perubahan ke arah kebaikan. Sebagai contoh untuk memperjuangkan literasi di sekolah kaum muda milenial bisa memberikan fasilitas dalam rangka menumbuhkan semangat literasi di sekolah, seperti halnya yang dilakukan oleh club literasi yang ada di SMK Negeri 2 Buduran, dan masih banyak hal-hal lain yang dilakukan oleh kaum muda milenial di sekolah yang bersifat kreatif dan inovatif. Di masyarakat, kaum muda milenial bisa berperan dengan menjadi pelopor menggerakkan pemuda yang ada di sekitar tempat tinggal. Misalnya dengan program peduli lingkungan hidup atau kegiatan kewirausaan.
Beberapa hal di atas merupakan contoh kecil yang saya sampaikan, saya yakin kaum muda milenial mampu untuk bergerak lebih dari yang saya tuliskan. Mulailah hal-hal yang kecil untuk membangun yang besar, bagaimana anda mampu membangun hal yang besar jika untuk memulai hal yang kecil saja anda tidak sanggup dan mudah berputus asa. Sebagai kaum muda selayaknya memiliki karakteristik kaum muda yaitu kreatif, inovatif, dan dinamis, senantiasa cinta dengan perubahan. Sejarah telah membuktikan bahwa setiap perubahan yang ada di negeri ini, pelopornya adalah kaum muda. Heraclitus, seorang filsuf Yunani mengatakan bahwa “tidak ada yang berubah kecuali perubahan itu sendiri”. Ayo bangkit kaum muda milenial smenda! 


Syamsuddin Chalim, S.Pd, M.Pd
Pengajar PPKn SMKN 2 Buduran


Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !