Cerpen by : Amelia Najwa (X BDP 1)
“Makan dulu sayang,” ujar Gita –ibu Julia-
“Nggak, bu. Aku makan di sekolah aja.” sahut Julia yang langsung pergi tanpa pamit terlebih dahulu. Gita hanya bisa mengelus dadanya bermaksud agar membuatnya lebih sabar lagi dengan Julia.
Mungkin semua ini memang salahnya, dia lah yang meninggakan Julia lebih dahulu. Dan ia baru kembali beberapa bulan belakangan ini untuk memperbaikinya, namun sepertinya ia tidak memiliki kesempatan lagi. Anak semata wayang telah membencinya.
Julia tidak langsung berangkat ke sekolahnya, ia pergi ke tempat tongkronganya telebih dahulu untuk mengambil buku tulisnya yang tertinggal. Setibanya ia di sekolah gerbang telah tertutup rapat, dilihatnya sekeliling sebelum ia pergi ke arah gerbang belakang, dengan cekatan ia memanjat dan masuk ke dalam lingkungan sekolahnya. Ia mengendap-endap untuk pergi ke arah loker untuk menaruh tasnya dan pergi ke toilet untuk berpura-pura kalau ia habis dari kamar mandi.
Setelah semua rencananya berjalan lancar, ia berjalan santai ke arah kelasnya. Untung saja belum ada guru, para sahabatnya pun menyambutnya dan memberinya selamat karena berhasil menghindari hukuman. Sebenarnya mereka tidak senakal itu, hanya saja kalau masalah telat mereka tidak bisa menyangkal kalau merekalah langganannya. Keluar masuk sudah seperti keseharian untuk mereka.
‘tak lama setelah kedatangan Julia, guru yang bertugas mengajar kelasnya hari ini tiba. Julia dan para sahabatnya memilih untuk tidur daripada mendengarkan pelajaran yang hampir tidak mereka pahami sama sekali, apa lagi jika sudah berurusan dengan yang namanya rumus. Ingin rasanya mereka segera meninggalkan kelas dan bermain ke luar saja.
Tidak ada hal spesial yang terjadi di kehidupan putih abu-abu Julia, hingga suatu hari saat mendengar kabar kalau ibunya ternyata waktunya tidak lama lagi. Julia tidak tahu kalau ibunya mengidap penyakit yang Julian sendiri tidak tahu apa. Ia hanya tahu kalau ibunya sudah meninggalkannya berdua dengan ayahnya, yang harus membuat ayahnya pergi ke luar kota untuk menafkahinya sendirian.
Di tambah dengan rumor kalau ibunya telah pergi meninggalkannya karena memilih laki-laki lain membuat Julia semakin hilang espect dengan ibunya yang ternyata lama-kelamaan menjadi rasa benci. Dan rasa benci itu tumbuh untuk melindungi perasaan Julia, sebenarnya ia terluka, ia kecewa karena ibunya meninggalkannya begitu saja, dan rasa benci yang tidak seberapa itu menutupi rasa cinta dan sayang terhadap ibunya sendiri.
Sepulang sekolah ia menemukan ibunya yang tergeletak di lantai, dengan segera ia menelepon ambulans. Saat itu ia menyesali semua perbuatannya terhadap ibunya. Ia baru tahu kalau ibunya meninggalkannya ternyata untuk berobat, ia selama ini menyembunyikannya sendiri karena takut kalau ia dan ayahnya akan khawatir kepadanya.
Setelah mengetahui yang sebenarnya terjadi Julia langsung meminta maaf kepada ibunya, karena ia tipe anak yang tidak bisa mengekspresikan apa yang dirasakannya. Ia memilih untuk menulis surat untuk ibunya. Dan sepertinya tuhan masih menyanginya karena membiarkannya meminta maaf kepada ibunya. Keesokkan harinya, ibunya telah meninggalkannya untuk selamanya, benar-benar meninggalkannya dan tidak akan kembali lagi.
Jadi untuk kalian yang masih memiliki orang tua lengkap, sayangi lah mereka sebagaimana mereka menyayangimu. Terutama ibu mu, jangan biarkan beliau sampai meneteskan airmatanya karenamu. Beliau lah yang telah mengandungmu selama sembilan bulan, melahirkanmu dengan mempertaruhkan nyawanya dan merawatmu hingga besar.
Aku Sayang Ibu
Selamat Hari Ibu